SMKN 1 KOTA BEKASI

_

Rabu, 26 November 2014

DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol)

DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol)


Apa itu DHCP?
          Protokol Konfigurasi Hos Dinamik (PKHD) (bahasa InggrisDynamic Host Configuration Protocol adalah protokol yang berbasis arsitektur client/server yang dipakai untuk memudahkan pengalokasian alamat IP dalam satu jaringan. Sebuah jaringan lokal yang tidak menggunakan DHCP harus memberikan alamat IP kepada semua komputer secara manual. Jika DHCP dipasang di jaringan lokal, maka semua komputer yang tersambung di jaringan akan mendapatkan alamat IP secara otomatis dari server DHCP. Selain alamat IP, banyak parameter jaringan yang dapat diberikan oleh DHCP, seperti default gateway dan DNS server.DHCP didefinisikan dalam RFC 2131 dan RFC 2132 yang dipublikasikan oleh Internet Engineering Task Force. DHCP merupakan ekstensi dari protokol Bootstrap Protocol (BOOTP).

Cara Kerja DHCP
Karena DHCP merupakan sebuah protokol yang menggunakan arsitektur client/server, maka dalam DHCP terdapat dua pihak yang terlibat, yakni DHCP Server dan DHCP Client.
  • DHCP server merupakan sebuah mesin yang menjalankan layanan yang dapat "menyewakan" alamat IP dan informasi TCP/IP lainnya kepada semua klien yang memintanya. Beberapa sistem operasi jaringan seperti Windows NT ServerWindows 2000 ServerWindows Server 2003, atau GNU/Linux memiliki layanan seperti ini.
  • DHCP client merupakan mesin klien yang menjalankan perangkat lunak klien DHCP yang memungkinkan mereka untuk dapat berkomunikasi dengan DHCP Server. Sebagian besar sistem operasi klien jaringan (Windows NT WorkstationWindows 2000 ProfessionalWindows XPWindows Vista, atau GNU/Linux) memiliki perangkat lunak seperti ini.
DHCP server umumnya memiliki sekumpulan alamat yang diizinkan untuk didistribusikan kepada klien, yang disebut sebagai DHCP Pool. Setiap klien kemudian akan menyewa alamat IP dari DHCP Pool ini untuk waktu yang ditentukan oleh DHCP, biasanya hingga beberapa hari. Manakala waktu penyewaan alamat IP tersebut habis masanya, klien akan meminta kepada server untuk memberikan alamat IP yang baru atau memperpanjangnya.
DHCP Client akan mencoba untuk mendapatkan "penyewaan" alamat IP dari sebuah DHCP server dalam proses empat langkah berikut:
  1. DHCPDISCOVER: DHCP client akan menyebarkan request secara broadcast untuk mencari DHCP Server yang aktif.
  2. DHCPOFFER: Setelah DHCP Server mendengar broadcast dari DHCP Client, DHCP server kemudian menawarkan sebuah alamat kepada DHCP client.
  3. DHCPREQUEST: Client meminta DCHP server untuk menyewakan alamat IP dari salah satu alamat yang tersedia dalam DHCP Pool pada DHCP Server yang bersangkutan.
  4. DHCPACK: DHCP server akan merespons permintaan dari klien dengan mengirimkan paket acknowledgment. Kemudian, DHCP Server akan menetapkan sebuah alamat (dan konfigurasi TCP/IP lainnya) kepada klien, dan memperbarui basis data database miliknya. Klien selanjutnya akan memulai proses binding dengan tumpukan protokolTCP/IP dan karena telah memiliki alamat IP, klien pun dapat memulai komunikasi jaringan.
Empat tahap di atas hanya berlaku bagi klien yang belum memiliki alamat. Untuk klien yang sebelumnya pernah meminta alamat kepada DHCP server yang sama, hanya tahap 3 dan tahap 4 yang dilakukan, yakni tahap pembaruan alamat (address renewal), yang jelas lebih cepat prosesnya.
Berbeda dengan sistem DNS yang terdistribusi, DHCP bersifat stand-alone, sehingga jika dalam sebuah jaringan terdapat beberapa DHCP server, basis data alamat IP dalam sebuah DHCP Server tidak akan direplikasi ke DHCP server lainnya. Hal ini dapat menjadi masalah jika konfigurasi antara dua DHCP server tersebut berbenturan, karena protokol IP tidak mengizinkan dua host memiliki alamat yang sama.
Selain dapat menyediakan alamat dinamis kepada klien, DHCP Server juga dapat menetapkan sebuah alamat statik kepada klien, sehingga alamat klien akan tetap dari waktu ke waktu.
Catatan: DHCP server harus memiliki alamat IP yang statis.

DHCP Scope

DHCP Scope adalah alamat-alamat IP yang dapat disewakan kepada DHCP client. Ini juga dapat dikonfigurasikan oleh seorang administrator dengan menggunakan peralatan konfigurasi DHCP server. Biasanya, sebuah alamat IP disewakan dalam jangka waktu tertentu, yang disebut sebagai DHCP Lease, yang umumnya bernilai tiga hari. Informasi mengenai DHCP Scope dan alamat IP yang telah disewakan kemudian disimpan di dalam basis data DHCP dalam DHCP server. Nilai alamat-alamat IP yang dapat disewakan harus diambil dari DHCP Pool yang tersedia yang dialokasikan dalam jaringan. Kesalahan yang sering terjadi dalam konfigurasi DHCP Server adalah kesalahan dalam konfigurasiDHCP Scope.

DHCP Lease

DHCP Lease adalah batas waktu penyewaan alamat IP yang diberikan kepada DHCP client oleh DHCP Server. Umumnya, hal ini dapat dikonfigurasikan sedemikian rupa oleh seorang administrator dengan menggunakan beberapa peralatan konfigurasi (dalam Windows NT Server dapat menggunakan DHCP Manager atau dalam Windows 2000 ke atas dapat menggunakan Microsoft Management Console [MMC]). DHCP Lease juga sering disebut sebagai Reservation.

DHCP Options

DHCP Options adalah tambahan pengaturan alamat IP yang diberikan oleh DHCP ke DHCP client. Ketika sebuah klien meminta alamat IP kepada server, server akan memberikan paling tidak sebuah alamat IP dan alamat subnet jaringan. DHCP server juga dapat dikonfigurasikan sedemikian rupa agar memberikan tambahan informasi kepada klien, yang tentunya dapat dilakukan oleh seorang administrator. DHCP Options ini dapat diaplikasikan kepada semua klien, DHCP Scope tertentu, atau kepada sebuah host tertentu dalam jaringan.
Dalam jaringan berbasis Windows NT, terdapat beberapa DHCP Option yang sering digunakan, yang dapat disusun dalam tabel berikut.
Nomor DHCP OptionNama DHCP OptionApa yang dikonfigurasikannya
003RouterMengonfigurasikan gateway baku dalam konfigurasi alamat IP. Default gateway merujuk kepada alamat router.
006DNS ServersMengonfigurasikan alamat IP untuk DNS server
015DNS Domain NameMengonfigurasikan alamat IP untuk DNS server yang menjadi "induk" dari DNS Server yang bersangkutan.
044NetBIOS over TCP/IP Name ServerMengonfigurasikan alamat IP dari WINS Server
046NetBIOS over TCP/IP Node TypeMengonfigurasikan cara yang digunakan oleh klien untuk melakukan resolusi nama NetBIOS.
047NetBIOS over TCP/IP Scope haMembatasi klien-klien NetBIOS agar hanya dapat berkomunikasi dengan klien lainnya yang memiliki alamat DHCP Scope yang sama.

Web Server

Apa itu Web Server ?



Pengertian Web Server
Fungsi utama sebuah server web adalah untuk mentransfer berkas atas permintaan pengguna melalui protokol komunikasi yang telah ditentukan. Disebabkan sebuah halaman web dapat terdiri atas berkas teks, gambar, video, dan lainnya pemanfaatan server web berfungsi pula untuk mentransfer seluruh aspek pemberkasan dalam sebuah halaman web yang terkait; termasuk di dalamnya teks, gambar, video, atau lainnya.
Pengguna, biasanya melalui aplikasi pengguna seperti peramban web, meminta layanan atas berkas ataupun halaman web yang terdapat pada sebuah server web, kemudian server sebagai manajer layanan tersebut akan merespon balik dengan mengirimkan halaman dan berkas-berkas pendukung yang dibutuhkan, atau menolak permintaan tersebut jika halaman yang diminta tidak tersedia.
saat ini umumnya server web telah dilengkapi pula dengan mesin penerjemah bahasa skrip yang memungkinkan server web menyediakan layanan situs web dinamis dengan memanfaatkan pustaka tambahan seperti PHP, ASP.
Pemanfaatan server web saat ini tidak terbatas hanya untuk publikasi situs web dalam World Wide Web, pada prakteknya server web banyak pula digunakan dalam perangkat-perangkat keras lain seperti printer, router, kamera web yang menyediakan akses layanan http dalam jaringan lokal yang ditujukan untuk menyediakan perangkat manajemen serta mempermudah peninjauan atas perangkat keras tersebut.

Sejarah Web Server
Tahun 1989, Tim Berners-Lee mengajukan pada perusahaannya, CERN (European Organization for Nuclear Research) sebuah proyek yang bertujuan untuk mempermudah pertukaran informasi antar para peneliti dengan menggunakan sistem hiperteks. Sebagai hasil atas implementasi proyek ini, tahun 1990 Berners-Lee menulis dua program komputer:
  • sebuah peramban yang dinamainya sebagai WorldWideWeb;
  • server web pertama di dunia, yang kemudian dikenal sebagai CERN httpd, yang berjalan pada sistem operasi NeXTSTEP.
Dari tahun 1991 hingga 1994, kesederhanaan serta efektifitas atas teknologi yang digunakan untuk berkunjung serta bertukar data melalui World Wide Web membuat kedua aplikasi tersebut diadopsi pada sejumlah sistem operasi agar dapat digunakan oleh lebih banyak individu, ataupun kelompok. Awalnya adalah organisasi penelitian, kemudian berkembang dan digunakan di lingkungan pendidikan tinggi, dan akhirnya digunakan dalam industri bisnis.
Tahun 1994, Tim Berners-Lee memutuskan untuk membakukan organisasi World Wide Web Consortium (W3C) untuk mengatur pengembangan-pengembangan lanjut atas teknologi-teknologi terkait lainnya (HTTP, HTML, dan lain-lain) melalui proses standardisasi.

Rabu, 19 November 2014

Hubungan antara hardware, kernel, shell, dan user

Hubungan antara hardware, kernel, shell, dan user


            Didalam sebuah komputer terdapat hardware, kernel, shell, dan user yang saling berhubungan satu sama lain. Ketika komputer pertama kali dihidupkan komputer akan memanggil sistem operasi, dimana sistem operasi yaitu sebuah software yang berfungsi untuk menghubungkan hardware (perangkat keras) dan brainware (pengguna atau user).
  1. Perangkat keras (Hardware) adalah merupakan komponen-komponen atau semua bagian-bagian berbentuk fisik yang ada pada komputer. 
  2. Kernel adalah jembatan antara hardware dan aplikasi yang menerjemahkan bahasa software sehingga mampu dimengerti oleh hardware dan hardware akan segera memprosesnya sesuai dengan permintaan. 
  3. Shell dalam komputer adalah salah satu jenis bawaan program sistem operasi (seringnya merupakan program yang terpisah dari inti sistem operasi) yang menyediakan/menjembatani langsung antara pengguna (user) dan sistem operasi.
  4. User adalah setiap orang yang terlibat dalam kegiatan pemanfaatan komputer atau sistem pengolahan data.

SUBNETTING

SUBNETTING


Dalam mempelajari IP address, tentu kita mengetahui bahwa ketetapan jumlah host dari sebuah network telah ditentukan oleh kelas IP yang digunakan.
Sebagai contoh, IP kelas C menetapkan bahwa jumlah host yang ada adalah 254 host. Lalu, bagaimana jika kita hendak membuat sebuah jaringan komputer dengan 62 host dan menggunakan IP kelas C? Bukankah 192 alamat akan tidak terpakai dan terbuang sia-sia? Jika hal tersebut terjadi tentu akan menyebabkan proses routing tidak efisien jika router harus men-scan 254 alamat yang sebagian besar tidak terpakai.

Teknik subnetting dan supernetting diciptakan untuk mengatasi hal tersebut. Subnetting adalah pemecahan network menjadi beberapa subnetwork yang lebih kecil, sedangkan supernetting yaitu penggabungan beberapa subnetwork kecil menjadi sebuah network yang lebih besar.

Untuk kali ini saya hanya akan membahas mengenai subnetting. Ada 2 cara yang dapat digunakan dalam melakukan penghitungan subnetting, yaitu : 
  • Penghitungan manual 
  • Penghitungan dengan menggunakan software
Selain 2 cara di atas, anda juga dapat menghitung nilai subnetting secara online pada situs webpenghitung subnetting VLSM.Walaupun saat ini penghitungan subnetting sudah dapat menggunakan software yang akan memudahkan proses penghitungannya, namun sangat baik jika kita dapat mengetahui bagaimana
proses penghitungan manualnya.

KALKULASI SUBNETTING 
Pada dasarnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di empat masalah : 

  1. Jumlah Subnet
  2. Jumlah Host per Subnet
  3. Blok Subnet 
  4. Alamat Host - Broadcast (Host & Broadcast Address)
Untuk melakukan subnetting pada jaringan, yang perlu kita lakukan adalah kostumisasi nilai netmask. Dalam postingan terdahulu saya telah membahas mengenai masking. Mari kita ingat-ingat kembali bahwa nilai default netmask adalah sebagai berikut :
Nilai netmask default antara lain :

  1. Kelas A = 255.0.0.0
  2. Kelas B = 255.255.0.0
  3. Kelas C = 255.255.255.0
Nilai netmask default menggunakan prefix antara lain :
  1. Kelas A = xxx.xxx.xxx.xxx/8
  2. Kelas B = xxx.xxx.xxx.xxx/16
  3. Kelas C = xxx.xxx.xxx.xxx/24


Lalu, berapa nilai masking yang bisa digunakan untuk melakukan subnetting? Tabel berikut adalah jawabannya

Subnet Mask
Prefix
255.128.0.0
/9
255.192.0.0
/10
255.224.0.0
/11
255.240.0.0
/12
255.248.0.0
/13
255.252.0.0
/14
255.254.0.0
/15
255.255.0.0
/16
255.255.128.0
/17
255.255.192.0
/18
255.255.224.0
/19
255.255.240.0
/20
255.255.248.0
/21
255.255.252.0
/22
255.255.254.0
/23
255.255.255.0
/24
255.255.255.128
/25
255.255.255.192
/26
255.255.255.224
/27
255.255.255.240
/28
255.255.255.248
/29
255.255.255.252
/30


Sebagai contoh, mari kita hitung subnetting yang terbentuk dari network address 192.168.1.0/26.
Langkah kerja :
Analisa terlebih dahulu kelas IP dan netmask dari network address tersebut. IP 192.168.1.0 adalah IP kelas C, dan karena prefix dari network address tersebut adalah /26, maka netmasknya adalah 255.255.255.192 yang diperoleh dari 11111111.11111111.11111111.11000000.
Kemudian lakukan penghitungan jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok subnet, host address dan broadcast address yang valid.
1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya logic 1 pada oktet terakhir (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A).
Jadi, banyaknya subnet adalah 22 = 4 subnet 
2. Jumlah Host per Subnet = 2y - 2, dimana y adalah banyaknya logic 0 pada oktet terakhir (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A)
Jadi jumlah host per subnet adalah 26 – 2 = 62 host 
3. Blok Subnet = 256 - 192 = 64, dimana 256 merupakan jumlah bilangan dalam satu oktet dalam decimal dan 192 adalah jumlah logic 1 pada oktet terakhir (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128 + 64 = 192.
Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
4. Network dan Broadcast Address, berikut adalah tabel jawabannya


Subnet
192.168.1.0192.168.1.64192.168.1.128192.168.1.192
Range IP
192.168.1.1192.168.1.65192.168.1.129192.168.1.193
192.168.1.62192.168.1.126192.168.1.190192.168.1.254
Broadcast192.168.1.63192.168.1.127192.168.1.191192.168.1.255


————————————————————————————————————

JENIS-JENIS SUBNETTING 
Kali ini kita akan membahas mengenai jenis-jenis subnetting. Subnetting terbagi 2 metode yaitu : 

  1. Classless Inter-Domain Routing (CIDR) 
  2. Variable Length Subnet Mask (VLSM)  


Contoh soal di atas merupakan salah satu contoh sederhana dari subnetting CIDR. Berikut penjelasan singkat mengenai CIDR dan VLSM.

CIDR (Classless Inter-Domain Routing) 
Metode ini digunakan ketika sebuah jaringan komputer akan dibagi menjadi beberapa subnet dengan jumlah host yang sama rata. Misalnya sebuah perusahaan yang memiliki komputer sebanyak 100 unit yang akan dihubungkan atau dikoneksikan dan dibagi sama rata menjadi 5 ruangan yang masing-masing 20 komputer. Contoh tersebut menjelaskan bahwa setiap subnet memiliki jumlah host yang sama rata.
Contoh :
Sebuah instansi menggunakan main IP 222.168.0.0/24 akan dibagi menjadi 4 subnet. Hitung alokasi IP masing-masing subnet!
Maka :
256 : 4 = 64 host; dimana 256 merupakan jumlah total 8-bit bilangan biner yang dikonversikan ke bilangan decimal, dan 4 adalah jumlah subnet yang akan dibentuk.
Blok subnet = 0, 64, 128, dan 192
64 host = 26
6-bit logic 0, sehingga ada 26-bit logic 1. Maka prefix dari subnettingnya adalah /26.
Berikut adalah alokasi subnetting-nya :


222.168.0.0/26
s/d
222.168.0.63/26
222.168.0.64/26
s/d
222.168.0.127/26
222.168.0.128/26
s/d
222.168.0.191/26
222.168.0.192/26
s/d
222.168.0.255/26


Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa metode CIDR mengalokasikan IP address di setiap subnet sebanyak 64 host.

VLSM (Variable Length Subnet Mask)
Metode ini digunakan ketika sebuah jaringan komputer akan dibagi menjadi beberapa subnet dengan jumlah host yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing subnet. Misalnya sebuah perusahaan akan membangun jaringan komputer yang akan dibagi menjadi 3 divisi dengan masing-masing divisi memiliki 110 host, 12 host, dan 61 host. Berdasarkan ilustrasi tersebut digambarkan bahwa setiap subnet memiliki jumlah host yang tidak sama, sesuai kebutuhan masing-masing subnet.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menghitung subnetting dengan VLSM yaitu :

  1. Tentukan identitas/range network awal.
  2. Tentukan range network setiap subnet, dengan cara menentukan masking setiap subnet menggunakan 2n.
  3. Urutkan prioritas pemberian alokasi alamat IP dari subnet yang range-nya lebih besar.


Contoh :
Tentukan alokasi 4 subnet dari IP 222.168.0.0/24 dengan kebutuhan masing-masing subnet 5 host, 15 host, 25 host, dan 35 host!
Pertama, tentukan range address awal :
222.168.0.0 s/d 222.168.0.255
Kedua, tentukan range network setiap subnet :
Subnet 1 --- 5 PC + 2 = 7, ambil pendekatan 8 = 23 (/29)
Subnet 2 --- 15 PC + 2 = 17, ambil pendekatan 32 = 25 (/27)
Subnet 3 --- 25 PC + 2 = 27, ambil pendekatan 32 = 25 (/27)
Subnet 4 --- 35 PC + 2 = 37, ambil pendekatan 64 = 26 (/26)
Ketiga, urutkan range network :
4 - 3 - 2 - 1
Terakhir, bentuk subnetting-nya :

Subnet 4
222.168.0.0/26
s/d
222.168.0.63/26
Subnet 3
222.168.0.64/27
s/d
222.168.0.95/27
Subnet 2
222.168.0.96/27
s/d
222.168.0.127/27
Subnet 1
222.168.0.128/29
s/d
222.168.0.135/29